Contents
Gue inget banget waktu pertama kali nonton Hidden Strike. Niatnya iseng doang, karena ada dua nama besar yang langsung bikin mata melek: Jackie Chan dan John Cena. Dua aktor beda dunia ini—yang satu legenda kungfu, yang satu bintang WWE yang suka ngilang (you can’t see him, katanya)—dipertemukan dalam film aksi-komedi yang judul awalnya aja sempat berubah-ubah, dari “Project X-Traction” jadi “Hidden Strike”.
Cerita Movies ini sederhana, tapi bukan berarti gak seru. Jadi gini, setting-nya di Timur Tengah, di sebuah gurun tandus penuh badai pasir, ada sekelompok warga negara China yang bekerja di kilang minyak dan harus dievakuasi karena ada kelompok militan bersenjata yang mau menyerang. Jackie Chan di sini berperan sebagai Luo Feng, mantan tentara elit yang dikontrak buat mengevakuasi para pekerja. Sementara John Cena main sebagai Chris Van Horne, veteran tentara AS yang awalnya punya motivasi pribadi tapi kemudian ikut terseret dalam misi berbahaya itu.
Dari situlah mereka berdua dipaksa bekerja sama, meskipun awalnya saling curiga. Tipikal buddy movie-lah, yang satu disiplin banget, yang satu santai tapi jago. Di tengah aksi tembak-menembak, ledakan, kejar-kejaran truk gurun, dan konflik pribadi, tumbuh juga persahabatan unik di antara dua karakter yang beda banget ini.
Oke, jujur aja, sebelum film ini dirilis secara global lewat Netflix, gue pikir ini film bakal biasa aja. Tapi ternyata, boom! Film ini jadi salah satu film paling banyak ditonton secara global di Netflix saat debutnya, padahal banyak yang sempet skeptis. Kenapa bisa sepopuler itu di duniaku?
Pertama, ya jelas karena Jackie Chan dan John Cena. Dua nama ini punya fanbase sendiri-sendiri yang gede banget. Jackie itu udah kayak Bruce Lee versi ramah, sementara Cena ya… generasi 2000-an pasti tumbuh bareng meme “You can’t see me.” Kehadiran mereka bikin film ini punya daya tarik lintas generasi dan lintas pasar.
Kedua, karena film ini ngasih kombinasi aksi dan komedi yang pas. Nggak berat, nggak terlalu nyeremin kayak film action yang bikin stres, dan yang pasti cocok ditonton bareng keluarga. Ada nilai hiburannya.
Ketiga, secara visual film ini lumayan niat. Lokasi gurunnya dapet, efek ledakannya nggak kaleng-kaleng (walau beberapa CGI agak kerasa fake, jujur ya), dan koreografi berantemnya masih khas Jackie Chan banget—pakai barang sekitar buat ngelawan musuh.
Terakhir, mungkin karena orang butuh tontonan yang ringan tapi tetap spektakuler. Di zaman penuh stres kayak sekarang, film yang gak terlalu rumit tapi tetap keren itu kayak oasis di tengah padang gurun (eh, mirip setting filmnya, ya? Hehe).
Kalau lo suka film buddy-cop kayak Rush Hour atau Bad Boys, Hidden Strike ini bisa banget jadi tontonan favorit. Chemistry antara Jackie Chan dan John Cena itu surprisingly enak dilihat. Bukan yang terlalu lebay atau dipaksain. Ada momen-momen awkward, tapi justru di situlah lucunya.
Gue pribadi suka bagian saat mereka berdua kejebak di atas truk tanker yang lagi melaju kencang di gurun, sambil dikejar musuh dari segala arah. Adegan itu padet banget, tapi tetep ada unsur humornya. Lo bisa lihat bagaimana Jackie masih lincah di umur segitu (serius, dia udah 60-an loh!), sambil John Cena dengan gaya “gue-nggak-ngerti-apa-apa-tapi-ikut-aja-deh” bikin ngakak.
Belum lagi dialog-dialog absurd mereka yang kadang nggak masuk akal tapi ngena. Salah satu momen yang gue inget banget:
Jackie: “You drive like a maniac!”
Cena: “I am a maniac.”
Cringe? Iya. Tapi bikin ketawa juga? Banget.
Musuh dalam film ini juga cukup menarik. Bukan sekadar orang jahat random, tapi punya motivasi tersendiri—walau agak klise ya, soal balas dendam dan kontrol sumber daya. Tapi tetap cukup buat bikin tensi film naik turun dengan ritme yang enak.
Best Part di Film Ini? Gak Perlu Ragu!
Kalau disuruh milih satu best part, gue akan bilang: adegan kejar-kejaran truk di gurun sambil adu gulat di atas kontainer. Itu bener-bener gabungan antara aksi brutal dan komedi slapstick khas Jackie Chan.
Gue gak tahu kenapa, tapi selalu seneng aja lihat Jackie loncat dari satu truk ke truk lain kayak lagi main game platformer. Dan di saat yang sama, John Cena sibuk lempar-lempar musuh kayak dia lagi di ring WWE. Niat banget deh itu adegannya.
Ada satu lagi yang gue suka, yaitu adegan mereka masak mie bareng di tengah gurun setelah berhasil lolos dari serangan. Kayaknya itu semacam “pause moment” di tengah kekacauan. Bener-bener ngerasa “ini dua orang dari dunia yang berbeda, tapi bisa nyambung gara-gara mie instan.”
Sumpah itu lucu banget, dan hangat. Dikit-dikit film Hidden Strike ngasih momen yang bikin lo inget bahwa di balik semua aksi, ini juga cerita tentang dua orang asing yang jadi sahabat.
Kalau ditanya, “Apakah ini film yang sempurna?” tentu nggak. Bahkan beberapa reviewer profesional bilang film ini terlalu formulaik. Ceritanya gampang ditebak, CGI-nya kadang kentara banget digitalnya, dan naskahnya… yah, jangan harap terlalu dalem deh.
Tapi justru karena itu, Hidden Strike jadi menyenangkan buat ditonton. Kadang kita nggak perlu film yang harus mikir berat. Cukup popcorn, minuman dingin, dan film yang bisa bikin lo senyum dan kagum sama koreografi tarungnya.
Nilai plus-nya jelas di:
Chemistry dua bintang utama.
Koreografi aksi Jackie Chan yang masih aja kreatif walau udah kepala 6.
Komedi yang gak terlalu maksa.
Cinematic gurunnya lumayan oke.
Nilai minusnya:
CGI agak nanggung.
Karakter antagonis kurang dalem.
Beberapa dialog terasa cheesy (tapi kadang justru lucu karena itu).
Dari gue, film Hidden Strike dapat 7.5 dari 10. Bukan masterpiece, tapi layak banget ditonton buat hiburan yang gak ribet.
Selain hiburan, film Hidden Strike juga punya beberapa pesan tersirat yang bikin mikir juga (sedikit, tapi cukup).
1. Kolaborasi itu penting.
Dua karakter utama beda latar belakang, beda cara, beda budaya. Tapi mereka bisa kerja sama karena tujuannya sama: menyelamatkan orang. Ini kayak reminder kalau di dunia nyata pun, kita bisa berkolaborasi bahkan sama orang yang beda banget sama kita.
2. Usia itu cuma angka.
Jackie Chan masih bisa salto-salto di umur 60-an, bro. Kalau dia aja bisa, masa kita yang baru bangun pagi aja ngeluh? Haha. Semangat hidupnya tuh luar biasa, jadi inspirasi buat terus aktif meski udah nggak muda.
3. Jangan terlalu serius.
Kadang dunia emang chaos, kayak di film ini. Tapi kita tetap bisa ketawa, bisa masak mie bareng di tengah gurun. Hidup tuh gak harus perfect, yang penting kita jalanin dengan hati terbuka dan sense of humor.
Gue akan bilang: iya, worth it!
Apalagi kalau lo lagi suntuk, capek kerja, atau butuh tontonan buat family night. Film ini punya semua unsur buat bikin lo lupa sebentar sama dunia nyata—ledakan, perkelahian, bromance, dan momen lucu yang gak maksa.
Apakah film ini bakal menang Oscar? Gak lah. Tapi apakah dia menang di hati banyak penonton yang cuma pengen seneng-seneng? Absolutely yes.
Baca juga artikel menarik lainnya tentang Transformers One Review: Film Robot dan Drama Manusia yang Bikin Terpesona 2025 disini