Contents
Ada satu film perang yang sempat membuat saya terdiam cukup lama setelah menontonnya. Bukan karena ledakan atau aksi heroik yang berlebihan, tapi karena cara film ini menampilkan sisi manusia dalam perang. Judulnya The Forgotten Battle — sebuah film produksi Belanda yang dirilis di Netflix pada tahun 2020.
Film ini tidak sepopuler Saving Private Ryan atau Dunkirk, tetapi justru itulah daya tariknya. The Forgotten Battle membawa kita menyelami bagian sejarah yang sering kali terlupakan: Pertempuran di Scheldt, sebuah operasi besar yang terjadi pada akhir tahun 1944 di wilayah Belanda.
Sebagai seseorang yang gemar menonton film sejarah, saya merasa film The Forgotten Battle punya energi yang berbeda. Ia tidak hanya menceritakan tentang perang, tetapi juga tentang pilihan, keberanian, dan nasib manusia yang terjepit di antara dua dunia — dunia penjajahan dan dunia kebebasan. Mari saya ajak Anda menelusuri lebih dalam kisah luar biasa ini.
Sekilas Tentang Film The Forgotten Battle

Film ini disutradarai oleh Matthijs van Heijningen Jr., seorang sutradara asal Belanda yang juga dikenal lewat film The Thing (2011). Naskahnya ditulis oleh Paula van der Oest, dan film The Forgotten Battle menjadi salah satu produksi Belanda paling ambisius, dengan anggaran sekitar 14 juta euro — terbesar dalam sejarah perfilman Belanda saat itu Wikipedia.
Ceritanya berlatar di tahun 1944, saat pasukan Sekutu berusaha membebaskan pelabuhan Antwerp, Belgia, dari kendali Jerman. Namun, untuk bisa memanfaatkannya, mereka harus terlebih dahulu menguasai Sungai Scheldt yang berada di wilayah Belanda.
Inilah yang menjadi latar utama film — sebuah pertempuran besar yang dalam sejarah disebut The Battle of the Scheldt, namun sering terlupakan dalam buku-buku sejarah dibandingkan dengan invasi Normandia atau pertempuran Ardennes.
Tiga Tokoh, Tiga Perspektif, Satu Perang
Yang membuat The Forgotten Battle begitu menarik adalah cara ceritanya dibangun. Film ini tidak hanya berfokus pada satu tokoh, tapi tiga karakter dari sisi yang berbeda:
Marieke (Susan Radder), seorang perempuan Belanda yang bergabung dengan perlawanan setelah saudaranya dieksekusi oleh tentara Jerman.
Teuntje Visser (Gijs Blom), saudara laki-laki Marieke, yang awalnya bekerja untuk pemerintah sipil Jerman, tetapi kemudian terjebak dalam dilema moral.
William Sinclair (Jamie Flatters), seorang pilot glider Inggris muda yang mendarat darurat di wilayah musuh setelah pesawatnya ditembak jatuh.
Ketiganya tidak saling mengenal, tetapi nasib mereka akhirnya berpotongan di tengah kekacauan perang.
Saat menonton, saya merasa seperti dihadapkan pada cermin-cermin kehidupan yang berbeda: seorang perempuan yang mencari balas dendam, seorang pria yang kehilangan arah, dan seorang prajurit muda yang hanya ingin bertahan hidup. Semua bertemu di garis tipis antara hidup dan mati.
Realisme yang Menggigit
Bila Anda terbiasa menonton film perang Hollywood yang penuh efek spektakuler, The Forgotten Battle menawarkan sesuatu yang berbeda: kejujuran visual dan emosi yang mentah.
Sinematografi film ini benar-benar memukau. Setiap adegan digarap dengan warna-warna kelam dan dingin — abu-abu langit, lumpur yang pekat, dan wajah-wajah yang lelah — menggambarkan betapa kejam dan tidak romantisnya perang.
Saya masih ingat satu adegan di mana William, sang pilot Inggris, berjalan menyusuri rawa penuh lumpur sambil membawa senjata. Tidak ada musik heroik, tidak ada dialog panjang. Hanya suara angin dan langkah berat di tanah basah. Adegan itu terasa begitu nyata, seolah saya ikut tersesat bersamanya di kegelapan medan perang.
Dan di situlah kekuatan The Forgotten Battle: ia membuat kita merasakan perang, bukan hanya menyaksikan perang.
Sebuah Sejarah yang Sering Terlupakan

Sesuai judulnya, “The Forgotten Battle” memang menceritakan pertempuran yang terlupakan. Padahal, Pertempuran Scheldt merupakan salah satu operasi militer paling penting dalam Perang Dunia II.
Setelah pasukan Sekutu berhasil merebut Antwerp, mereka harus membuka jalur logistik melalui Sungai Scheldt agar kapal bisa masuk ke pelabuhan. Namun, wilayah di sekitar sungai itu masih dikuasai pasukan Jerman yang bertahan mati-matian.
Pertempuran berlangsung dari 2 Oktober hingga 8 November 1944, melibatkan pasukan Kanada, Inggris, dan Polandia. Kondisinya sangat berat — medan berlumpur, cuaca buruk, dan musuh yang terlatih.
Lebih dari 12.000 tentara Sekutu gugur, dan ribuan warga sipil Belanda ikut menjadi korban. Namun, pertempuran itu jarang dibahas dalam buku sejarah internasional.
Film ini menjadi upaya untuk menghidupkan kembali kenangan itu, agar dunia tahu bahwa kemenangan Sekutu di Eropa tidak hanya berkat Normandia, tetapi juga karena pengorbanan ribuan jiwa di Scheldt.
Nilai Kemanusiaan di Tengah Kekejaman
Bagi saya, hal paling menyentuh dari The Forgotten Battle bukanlah ledakan atau baku tembaknya, melainkan pertanyaan moral yang diajukan film ini: apa artinya menjadi manusia di tengah perang?
Karakter Teuntje, misalnya, mewakili dilema banyak orang Belanda pada masa itu — apakah harus tunduk pada kekuasaan Nazi demi bertahan hidup, atau melawan dengan risiko kehilangan segalanya.
Marieke menggambarkan sisi kemarahan dan kehilangan. Setelah saudaranya dihukum mati, ia bergabung dalam perlawanan bawah tanah, tetapi di tengah perjuangannya ia mulai sadar bahwa kebencian pun bisa membutakan.
Sementara William, sang pilot Inggris, mewakili ketakutan dan harapan dari generasi muda yang terjun ke medan perang tanpa benar-benar memahami alasannya.
Ketiga tokoh ini menjadi refleksi dari kita semua — manusia yang harus memilih, seringkali di antara dua hal yang sama-sama salah.
Performa Para Aktor yang Menghidupkan Cerita
Akting para pemeran dalam film ini terasa alami dan emosional. Susan Radder tampil luar biasa sebagai Marieke. Ia mampu memancarkan keteguhan dan luka batin tanpa harus banyak berbicara. Sorot matanya saja sudah cukup menceritakan penderitaan seorang perempuan di masa pendudukan.
Gijs Blom, yang juga dikenal lewat film The Letter for the King, menampilkan transformasi karakter yang halus dari seorang pegawai sipil menjadi pria yang sadar akan arti perjuangan.
Sementara Jamie Flatters — yang mungkin lebih dikenal lewat perannya di Avatar: The Way of Water — membawa sisi manusiawi dari tentara muda yang harus tumbuh terlalu cepat di tengah perang.
Film ini tidak butuh bintang besar untuk memikat penonton. Ia memikat karena kejujurannya.
Sinematografi dan Detail yang Menawan
Secara teknis, The Forgotten Battle adalah karya visual yang luar biasa. Setiap detail — mulai dari seragam tentara, kendaraan tempur, hingga lanskap rawa dan desa kecil di Belanda — dikerjakan dengan sangat teliti.
Adegan perang di rawa Scheldt menjadi salah satu yang paling realistis yang pernah saya lihat dalam film perang modern. Kamera bergerak pelan, memperlihatkan tentara yang berjuang melawan lumpur dan tembakan musuh, menciptakan suasana yang menegangkan namun elegan.
Musik latar yang digunakan juga tidak berlebihan. Skor ciptaan Emilie Levienaise-Farrouch terdengar lembut namun menghantui, menambah kedalaman emosional dalam setiap adegan.
Baca fakta seputar : Movies
Baca juga artikel menarik tentang : Songs of Paradise: Kisah Inspiratif Noor Begum yang Menggetarkan Hati




